Merindukan Kebersamaan dalam Kerahiman Allah
Berawal dari
keinginan beberapa warga, yang sungguh merindukan saat-saat kebersamaan dalam
suasana doa bersama, namun tidak membosankan, tercetuslah ide untuk mengadakan
ziarek lingkungan St. Gabriel. Disamping untuk menciptakan suasana doa yang
berbeda dari biasanya, juga ziarek ini diharapkan dapat memupuk rasa
kebersamaan di dalam lingkungan. Terlebih di dalam ArDas Pastoral, pada tahun
2016 ini ditetapkan sebagai “Tahun Luar
Biasa Kerahiman Allah”, maka akan lebih cocok kegiatan ziarek ini juga
menjadi salah satu cara kami di lingkungan, untuk mewujudkan misi-misi yang
terkandung dalam ArDas tersebut.
Ide ziarek sebenarnya sudah lama tercetus di
dalam forum lingkungan, kira-kira satu tahun yang lalu. Namun dikarenakan
banyaknya kendala, rintangan, dan masalah teknis, termasuk pendanaan, akhirnya
kegiatan tersebut tertunda. Sampai pada akhir bulan Februari 2016, pengurus
lingkungan memutuskan untuk berkumpul, dengan maksud membentuk sebuah panitia ziarek
lingkungan. Ketua panitia yang ditunjuk untuk melaksanakan ziarek ini adalah Bapak FX. Sukiman, yang saat ini
menjabat sebagai Sekretaris Lingkungan St. Gabriel. Tempat ziarek yang ingin
dituju pada awalnya diberikan 2 pilihan; pertama ke Ambarawa (Gua Maria Kereb),
dan kedua ke Kuningan (Gua Maria de Fatima Sawer Rahmat). Waktu Ziarek dipilih
tanggal 5 sampai dengan 6 Mei 2016, karena terhitung sebagai hari libur
panjang. Panitia bertugas mencari dan mengumpulkan data-data mulai dari tarif
bis, biaya menginap selama 2 hari 1 malam, biaya makan pagi, makan siang, makan
malam, snak, tips sopir dan kondektur/kernet, biaya kebersihan dan tarif tol,
dan biaya lainnya untuk kedua alternatif tempat tersebut. Selanjutnya semua
data disusun sedemikian rupa, agar umat dapat membaca dan menghitung dengan
mudah. Dengan adanya data-data tersebut, diharapkan umat juga dapat terlibat
dalam pengambilan keputusan, tempat mana yang terbaik dan sesuai dengan
kemampuan, untuk ziarek lingkungan. Dan akhirnya diputuskan bersama, bahwa
lingkungan St. Gabriel akan berangkat ziarek ke Kuningan (Gua Maria de Fatima Sawer Rahmat).
Persiapan demi persiapan dilakukan panitia, mulai dari
mempersiapkan anggaran, melakukan pendaftaran, persiapan acara-acara yang akan
dilakukan, dan persiapan survey. Pada awalnya banyak umat di lingkungan yang
masih belum memberikan kepastian mau ikut ziarek atau tidak. Mereka banyak yang
masih menyesuaikan dengan jadual tugasnya masing-masing di tempat kerjanya.
Menurut rencana, untuk berangkat ziarek nanti, akan ada 2 rombongan; pertama
rombongan yang ikut di bus, dan kedua naik mobil pribadi guna mengantisipasi
kelebihan peserta. Target jumlah peserta yang ditetapkan panitia adalah 50
orang. Sampai pada awal April, peserta yang mendaftar baru mencapai 54 orang,
sementara kursi (sheet) yang tersedia di bus ada 57 sheet, dan di mobil bisa
untuk 4 orang. Namun selama bulan April tersebut, ada beberapa umat yang
memutuskan untuk mundur karena ada acara, dan menyumbang saja untuk ziarek ini,
dan juga ada yang baru memutuskan untuk ikut. Sehingga terkumpul jumlah 55
orang peserta, termasuk di dalamnya 1 orang warga dari lingkungan sebelah.
Sampai H-1 keberangkatan, ternyata masih ada yang baru mendaftar, dan akhirnya
diterima ikut dalam rombongan. Sehingga jumlah peserta yang ikut dalam bus
adalah 57 orang, dan 4 orang yang naik dalam sebuah mobil. Kalau dihitung
berdasarkan KK, yang mendaftar dari 24 KK. Sementara 14 KK yang lainnya belum
bisa berpartisipasi karena adanya kesibukan/acara lain di hari tersebut. Rencana
keberangkatan rombongan, yang awalnya tanggal 5 Mei 2016 jam 06:00 WIB,
diputuskan oleh panitia untuk dimajukan menjadi jam 01:00 WIB dini hari. Hal
ini terkait dengan adanya berita yang menyebutkan bahwa semua jalan ke luar kota
macet, karena banyaknya orang yang pergi berlibur pada tanggal tersebut. Namun
keputusan panitia tersebut disambut umat lingkungan St. Gabriel dengan baik,
mengingat mereka juga tidak ingin waktu terbuang sia-sia di perjalanan
nantinya.
Kini tibalah saat
pemberangkatan. Sekitar jam 00:20 WIB (tanggal 5 Mei dini hari), hampir seluruh
peserta berkumpul di area Dasana Xenter. Semua menunggu bus, yang menurut agen
busnya masih terhambat di tol Karang Tengah, sehingga bus tiba di lokasi
berkumpul sekitar jam 01:20 WIB. Pada saat bus tiba, semua barang milik panitia
dan peserta dinaikkan ke bagasi bus. Panitia kembali mengecek peserta, dengan
memanggil satu-persatu untuk masuk ke dalam bus. Setelah dipanggil
satu-persatu, ternyata ada satu keluarga yang tertinggal. Dan setelah ditelepon
ternyata keluarga tersebut masih tertidur, karena kelelahan pada hari
sebelumnya akibat aktivitas seharian. Mau tidak mau ketua lingkungan sendiri
yang turun tangan untuk menjemput ke rumah keluarga tersebut. Setelah dibekali
dengan doa pemberangkatan, akhirnya tepat pukul
02:00 WIB, robongan berangkat menuju ke Kuningan-Jawa Barat (telat 1 jam
dari rencana semula). Rombongan bus berada di depan, sedangkan satu mobil di
belakang mengikuti.
Perjalanan terasa
amat nyaman karena jalan masih lengang, tapi tidak senyaman saat mulai masuk
jalan tol Bekasi. Hal ini terjadi karena arus kendaraan yang menuju tol
Cikampek mulai memadat, sehingga mobil dan bus berjalan agak lambat. Semua
rombongan terus melanjutkan perjalanan sampai akhirnya berhenti sejenak,
istirahat untuk melepaskan lelah, dan berkumpul untuk sarapan pagi (sekitar jam
6:30) di rest area kedua Tol Cikopo. Dikoordinir oleh Ibu Irene Sri Haryanti, dan Ibu
Anastasya Kateni, peserta dapat menikmati sejenak suasana pagi, ditemani
sepincuk nasi uduk dengan telor balado dan tempe orek, dengan minumnya sebotol MONAIR
(sumbangan dari PT. 2Tang, atas rekomendasi Bapak Joko Sediyono). Sungguh sarapan pagi yang “Murmer” (murah
meriah), tapi hidup. Semua peserta makan dan minum sampai selesai, dan kembali
panitia mengecek kelengkapan peserta, dan berangkat kembali melanjutkan
perjalanan ke Kuningan. Perhitungan panitia terkait waktu, memungkinkan untuk
merubah plan A (ke penginapan – istirahat
sejenak – jalan salib – bersih2 – misa malam di stasi cisantana – istirahat
malam - ke gereja St. Yusuf, katedral Cirebon – ke gereja St. Maria – mampir ke
tempat rekreasi - pulang) ke plan
B (Ke gereja St. Yusuf, katedral Cirebon – ke gereja St. Maria – ke penginapan
–jalan salib - istirahat – bersih2 - misa malam di stasi cisantana – istirahat
malam – acara kebersamaan – pulang). Namun, sebelum sampai pintu keluar
tol Cirebon, jalan macet panjang. Dan setelah mempelajari situasi jalan,
akhirnya diputuskan tetap pada plan A.
Pukul 11:15WIB,
rombongan tiba di dekat tempat penginapan. Letak tempat penginapan tersebut
berada kira-kira seratus meter setelah gapura kelurahan Cisantana, di sebelah
kiri jalan, masuk ke dalam jalan kecil di samping kantor kelurahan. Cuaca sudah
terasa sejuk-sejuk basah pada saat rombongan turun dari bus, dan langsung turun
hujan gerimis. Semua rombongan berlari-lari kecil untuk sampai ke rumah
penginapan. Dan akhirnya semua rombongan berkumpul di rumah penginapan
tersebut. Peserta membagi-bagi rombongan peserta tersebut menjadi 2 bagian,
karena ruang menginap yang disediakan ada 2 lantai. Semua peserta terlihat amat
antusias dan ceria, walaupun tempat tidur yang disediakan hanyalah kasur-kasur
dan karpet yang dipergunakan untuk tidur bersama malamnya. Setelah semua
peserta bersih-bersih, tibalah waktunya makan siang. Setelah dibuka dengan doa
makan oleh Bapak Ketua Lingkungan, Bapak
Yoseph Ole Benolon, semua
peserta makan bersama dengan nikmat. Sambil ngobrol, ada yang bercanda ringan, ada
yang amat menikmati makannya, ada yang sambil mojok, dan ada pula yang sambil
selvie-selvie. Sungguh suasana makan siang yang hangat dan nikmat.
Setelah makan, peserta diarahkan panitia untuk bersiap
menuju ke tempat jalan salib. Perjalanan dimulai dari depan penginapan, sampai
menuju jalan yang mulai menanjak ke arah Gua Maria. Ada beberapa peserta yang
sangat cepat berjalan, khususnya anak-anak, karena mereka senang melihat
pemandangan yang cukup asri, dan udaranya masih sejuk. Tapi ada pula yang santai,
sambil berbincang-bincang dengan peserta lainnya. Di bagian terbelakang ada
pula yang sambil berjalan, mengeluh tidak kuat, karena kondisi badannya kurang
fit. Namun berkat kekuatan Roh Kudus, semua akhirnya sampai di tempat jalan
salib. Sambil memadahkan lagu pembukaan, tim acara yang dikoordinir Bapak Matheus Komar, Bapak Yohanes Purwadi dan Ibu Fransiska Marwati, memulai acara
jalan salib. Buku-buku untuk jalan salib dibuat dan disiapkan oleh Bapak Marsellinus Unaradjan, Prodiakon
Lingkungan. Buku tersebut cukup baik, dan mudah dibaca dan dihayati. Walaupun Bapak
Marsellinus tidak dapat ikut (karena halangan acara), namun beliau sangat
berkeinginan, kalau ada kesempatan lingkungan ziarah lagi, nantinya bisa ikut
dan berpartisipasi didalamnya.
Acara jalan salib
pun dimulai, dan rombongan dibagi menjadi 2 kelompok. Dalam doa jalan salib,
masing-masing kelompok dipimpin/dipandu secara bergantian oleh anggota
kelompoknya. Semua peserta merasakan nafas begitu sesak tersengal, lelah, dan
berat dalam menapaki satu-persatu perhentian yang ada, sampai ke perhentian
terakhir (XIV). Hampir semua merasa bahwa begitu beratnya perjalanan Tuhan
Yesus untuk menuju bukit Golgota, dan betapa berat penderitaan yang dirasa
akibat luka-luka di tubuh-Nya, dan Tuhan Yesus mengakhiri hidup-Nya di puncak
Golgota. Sungguh kelelahan yang dirasa para peserta tidak sebanding dengan
penderitaan Tuhan sendiri. Setiba di puncak, setelah perhentian XIV, semua
rombongan berkumpul, memasang lilin, berdoa, dan diakhiri dengan berselvie-selvie
di pelataran Gua Maria. Seolah-olah hilang semua kelelahan, nafas yang berat
dan tersengal akibat jalan salib menanjak tadi, semua merasa lega, dan syahdu.
Ini sungguh jalan salib yang menambah pemahaman akan perjalanan kisah sengsara
Kristus sendiri. Sekembalinya dari jalan salib, peserta bersiap untuk mengikuti
misa di gereja Stasi Cisantana.
Hampir semua peserta
mengikuti misa kenaikan Tuhan dengan khusuk, bahkan saking khusuknya sampai ada
yang tertidur karena lelah sehabis jalan salib…. sungguh meresap sabda-NYA
hingga ke alam bawah sadar . Setelah misa selesai, rombongan
kembali ke tempat penginapan, dan makan malam bersama. Setelah makan malam,
beberapa peserta ada yang langsung istirahat, tapi ada pula yang
ngobrol-ngobrol melepas lelah dan berkelakar. Ada yang bermain kartu, ada yang
nonton TV, ada pula yang asik menggunakan gadgets nya masing-masing. Malam itu
semua melewatinya dengan tenang, dan santai. Acara renungan malam pun tidak
jadi diadakan karena sudah banyak peserta yang tertidur pulas, bahkan ada yang
sampai mendengkur .
Suasana
makan malam
Pagi harinya, para
peserta sudah mulai bersiap mandi, berpakaian dan berberes barang-barang.
Bahkan ada yang sudah mulai dari jam 3:30. Setelah semua peserta selesai
berberes, panitia mengumpulkan semua peserta di aula lantai 2, untuk sejenak
mendengarkan renungan pagi yang dibawakan oleh Bapak Joko Sediono, dan dilanjutkan acara pesan dan kesan. Dalam
pembukaannya, ketua lingkungan St. Gabriel menyampaikan permohonan maaf kepada
umat, bahwa pelaksanaan ziarek ini sempat tertunda 1 tahun lebih dari rencana
awalnya. Dengan merangkap sebagai moderator dalam acara tersebut, ketua
lingkungan mempersilahkan semua peserta (warga St. Gabriel) yang ingin
menyampaikan kesan dan pesan dalam acara ziarek ini. Berawal dari Bapak Ignatius Didik Warsito, beliau
menyambut baik acara ini, walau hanya dapat berangkat sendiri tanpa keluarga,
namun dirasakannya bahwa ada keluarga yang lebih besar dari keluarga kecilnya
di lingkungan. Dan beliau merasa amat diperhatikan di lingkungan. Beliau juga
menyampaikan kesedihannya karena keterbatasan fisiknya, sehingga tidak dapat
mengikuti setiap acara-acara di lingkungan. Menyusul kesan dan pesan dari Bapak Jon Mari Saragih, beliau baru
pertama kali ini ikut acara ziarek. Betapa pengalaman pertama ini sungguh
berkesan sekali bagi beliau. Berangkat dengan keadaan flu berat, namun dengan
bantuan Roh Kudus, akhirnya sampai juga di puncak dan berdoa bersama di Gua
Maria. Sungguh pengalaman pertama yang sangat berkesan dalam mengalami
kerahiman Allah sendiri. Kesan dan pesan selanjutnya disampaikan oleh Bapak Yohanes Purwadi, yang secara
garis besar menyampaikan harapannya, bahwa kegiatan ini dapat memupuk
kebersamaan dalam lingkungan. Selanjutnya Ketua Panitia, Bapak FX. Sukiman, dalam
kesan pesannya menyampaikan bahwa dengan komitmen yang kuat, akhirnya panitia
dapat menyajikan acara ziarek ini, walaupun masih dirasakan ada beberapa
kekurangan, namun dengan ziarek ini, dirahapkan umat lingkungan St. Gabriel
dapat merasakan kebersamaan, dan terpupuk iman yang lebih kuat. Selanjutnya
kesan dan pesan dari seksi Konsumsi, Ibu
Irene Sri Haryanti, yang menyampaikan semoga dengan apa yang sudah
disajikan panitia, peserta dapat merasa puas, dan tidak ada yang kelaparan.
Pada kesempatan ini Ibu Irene juga berterima kasih kepada para ibu-ibu yang
memasak di dapur, bahwa semua masakannya sungguh luar biasa. Dan terakhir
ditutup dengan sambutan dari seksi acara, Bapak
Matheus Komar, yang menyampaikan permintaan maaf, jika dalam penyiapan
acara, peserta kurang puas, namun dengan segenap usaha persiapan, diharapkan
semua peserta dapat puas dan bahagia.
Setelah acara kesan dan pesan, acara dilanjutkan makan
pagi, yang dibuka dengan doa makan oleh Ibu Novi (bu Joko). Sehabis makan
siang, kami berfoto bersama dahulu di depan penginapan, sebelum bersiap untuk
melanjutkan perjalanan ke Gereja Katedral Cirebon. Dalam perjalanan, di dalam
bus diadakan acara doorprize, bagi anak-anak peserta ziarek. Perjalanan ke
Katedral cukup memakan waktu, namun sebelum sampai ke Katedral, rombongan
mampir sejenak di tempat penjualan oleh-oleh, sambil menikmati wahana terapi
gigit ikan di kolam (gratis). Setelah puas menikmati terapi ikan, dan beberapa
peserta selesai belanja, maka perjalanan dilanjutkan menuju Ketedral Cirebon.
Sesampainya di
Katedral Cirebon, panitia langsung menghubungi petugas sekretariat, Ibu Monik,
dan meminta ijin untuk melakukan doa Rosario dahulu, sebelum acara ramah tamah
dengan Pastor paroki, yang disertai suguhan camilan asli Cirebon. Dalam
sambutannya yang hangat, Pastor Freddy
juga menjelaskan secara ringkas tentang sejarah berdirinya Gereja St. Yusuf,
yang sekarang ini menjadi Gereja Katedral Cirebon. Sejenak rombongan
diperlihatkan bangunan Gereja, sambil berselvie di dalam dan luar Katedral.
Setelah berpamitan dengan pastor Freddy, rombongan melanjutkan perjalanan ke
Gereja St. Maria. Jarak antara Gereja Katedral dengan Gereja St. Maria,
sebenarnya tidak jauh, namun dengan kondisi jalan raya yang padat, dan berliku,
perjalanan ditempuh dengan waktu hampir 1 jam. Ketika bus sampai di depan
Gereja, sudah ada Ibu Fanni yang menunggu di depan aula Gereja. Rombongan
dijamu dengan bakso malang dan es buah, sebelum menuju ke taman doa Gereja St.
Maria. Di depan Patung Bunda Maria Regina Rosari, rombongan berdoa Rosario
bersama, yang dipandu kembali oleh Bapak Joko Sediyono. Sungguh pengalaman
berziarah yang sangat berkesan.
Selesai doa Rosario,
rombongan pun bersiap untuk pulang, sambil makan siang di dalam bus. Dalam
perjalanan peserta sudah banyak yang lelah, dan tertidur di bus. Akhirnya
rombongan sampai di perumahan Dasana Indah sekitar jam 20:30 WIB. Setelah
panitia mengecek semua barang dan peserta, akhirnya semua peserta dipersilahkan
pulang ke rumah masing-masing dengan badan lelah, ngantuk, dicampur perasaan
senang, puas dan semangat baru.
Sekian cerita
perjalanan ziarek lingkungan St. Gabriel yang sederhana ini, semoga dengan
adanya acara ini, umat diharapkan dapat semakin menghayati apa arti dan tujuan
berdevosi, berziarah, dan terlebih menghayati arti Kerahiman Allah dalam hidup
sehari-hari. Dan semoga juga memupuk semangat pelayanan dalam hidup menggereja.
Amin. Berkah Dalem.
. Joe (15 Mei 2016)